Komunikasi Antar Budaya
PERANGKAP BUDAYA BAGI ORANG-ORANG BELANDA DI INDONESIA
THIBBURRUHANY
PUTRA
ZAMHARI
STUDI KASUS: PERANGKAP BUDAYA ORANG-ORANG BELANDA DI INDONESIA PERBANDINGAN ANTARA PENYELENGGARAAN ORGANISASI KERJA INDONESIA DAN BELANDA • Individualisme versus Kolektivisme • Jarak kekuasaan • Penghindaran ketidakpastian • Maskulin versus Feminim
1. INDIVIDUALISME VERSUS KOLEKTIVISME • Hubungan antara majikan dan pegawai bersifat moral ketimbang bersifat kualitatif • Para pegawai mempunyai kewajiban besar terhadap kaum kerabat mereka • Dalam kontrak-kontrak bisnis, hubungan lebih utama daripada tugas • Ada kebutuhan yang kuat akan harmoni dan pemeliharaan hubungan • Pendapat-pendapat ditetapkan secara kolektif
2. JARAK KEKUASAAN • Paternalisme di Indonesia versus “konsultasi-isme” di Belanda • Perbedaan-perbedaan status sebagai sesuatu yang positif di Indonesia, tetapi sesuatu yang sangat negatif di Belanda • Hormat pada orang tua Indonesia
3. PENGHINDARAN KETIDAKPASTIAN • Makna waktuKetepatan waktu sangat penting di Belanda, di Indonesia derajat ketepatan waktu bergantung pada hubungan sosial • Jenis-jenis perilaku ritual dalam organisasi • Perilaku ritual organisasi di Belanda meliputi ritual sosial seperti melangsungkan ritual minum kopi; sementara di Indonesia ritual dianggap hukum agama
KEBUTUHAN AKAN KETELITIAN TEKNIS • Indonesia kekurangan tradisi pendidikan teknis seperti yang dikembangkan Belanda • Kecenderungan untuk terlebih dahulu berencana • Perencanaan lebih dahulu tidak lazim di Indonesia, sementara di Belanda perencanaan dilakukan jauh sebelumnya
4. MASKULIN VERSUS FEMINIM • Orang-orang Belanda sangat feminim dalam dimensi “maskulinitas versus feminimitas”, sedangkan orang Indonesia sangat feminim. Orang Amerika cukup maskulin dan orang Jepang sangat maskulin • Maskulin berarti ketegasan, keberhasilan material, ambisi dan daya saing • Feminim berarti kepedulian terhadap kualitas hidup dan perhatian kepada kaum lemah
HAMBATAN BAGI PENGGUNAAN METODE MANAJEMEN BELANDA (DAN ASING LAINNYA) DI INDONESIA • Seleksi pegawai harus mempertimbangkan faktor-faktor etnik dan keluarga • Imbalan berdasarkan prestasi kerja jarang terjadi • Penilaian langsung atas prestasi kerja adalah sulit • Pemecatan pegawai secara kultural tidak diharapkan